Senin, 27 Oktober 2014

2 Orang Geologis jadi Menteri di Kabinet Kerja Presiden Jokowi

Ahli Geologi menyumbangkan 2 orang sebagai Menteri di kabinet Jokowi. Sua orang yang mewakili ini merupakan lulusan dari jurusan Teknik Geologi. 2 orang ini adalah Indroyono Soesilo yang menjabat sebagai Menteri Koordinator kemaritiman salah satu menko yang baru dibentuk dan Basuki Hadi Muljono sebagai Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Berbeda dengan biasanya lulusan geologi banyak berkecimpung di dunia energi dan sumberdaya alam tetapi kali ini dua orang menteri dari geologi yang ditunjuk bukan untuk mengurusi masalah energi dan sumber daya alam.

Profil Indroyono Soesilo



Indroyono Soesilo lahir di Bandung  27 Maret 1955 , Indroyono menempuh pendidikan S 1 di Teknik Geologi ITB tahun 1973 dan lulus di tahun 1979. setelah lulus dari ITB Indroyono kemudian bekerja sebagai peneliti di Badan pengkajian dan Penerapan Teknologi tahun 1981. Pada tahun 1981 Indroyono kemudian melanjutkan studi master ke  Universitas Michigan, Amerika Serikat di bidang remote sensing (Pengindraan Jarak Jauh)/Remote Sensing for Natural Resources.
Setelah selesai master Indoyono kemudian meneruskan ke program doktor dengan bidang yang sama Geologic Remote Sensing di Universitas Iowa, Amerika Serikat. Setelah kembali ke Indonesia Indroyono banyak berkecimpung di Badan Pengkajian dan  Penerapan Teknologi (BPPT). Jabatan yang diemban di BPPT mulai dari Kepala Sub Direktorat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam (TISDA) Matra Dirgantara BPPT (1995-1997). Persingungan dengan dunia maritim dan kelautan dimulai saat Indroyono menjabat sebagai Dirjen Penyerasian Riset dan Eksplorasi Laut di Departemen Kelautan dan Perikanan (1999), Indroyono juga salah satu orang yang mengusulkan dibentuknya kementrian kelautan dan peikanan saat menjabat di zaman Presiden Gus Dur. Jabatan lainnya yaitu Kepala Badan Riset Kelautan dan Perikanan/BRKP pada 2001-2008, Sesmenkokesra pada 2008-2011 dan Dirjen United Nation-Food and Agricultural Organization, di Perserikatan Bangsa-Bangsa dari tahun 2012 hingga sekarang. Dirinya menjadi orang Indonesia pertama yang memangku jabatan penting di markas FAO-Roma. Ia bertanggung jawab atas Pengelolaan Perikanan Tangkap, Pengembangan Budidaya Perikanan, dan Penerapan Teknologi Penangkapan Ikan di Perairan Laut & Air Tawar di seluruh dunia.

Indroyono Soesilo ini merupakan salah satu birokrat senior yang diangkat presiden Jokowi sebagai menteri. Indroyono sendiri merupakan salah satu putra dari mantan menteri pariwisata, pos dan telekomunikasi Jenderal Soesilo Soedarman (1988-1993) di zaman orde baru. Indroyono menikah dengan Nining Indroyono Soesilo, kakak kandung dari mantan menteri Sri Mulyani.Nining sendiri merupakan salah satu alumni jurusan Arsitektur ITB dan kemudian berkarir sebagai dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Pada tahun 2011 Nining sempat pernah mencalonkan diri sebagai Ketua Ikatan Alumni ITB.

Profil Basuki Hadi Muljono



Basuki Hadimuljono lahir pada 5 November 1954 di Surakarta. Dia merupakan pejabat karir di Kementerian Pekerjaan Umum (PU). Basuki meraih gelar sarjana (S1) dari Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada, Magister (S2), dan Doktor (S3) Teknik Sipil dari Colorado State University, Amerika Serikat. Basuki telah lama melintang sebagai birokrasi di kementrian Pekerjaan Umum. Dia pernah menjabat Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum dari tahun 2005 hingga 2007. Lalu Basuki menjabat sebagai Inspektur Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dari tahun 2007-2013. Akhirnya dia menjabat sebagai Direktur Jenderal Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum.

Namanya makin ramai disebut-sebut saat memimpin Tim Nasional Penanggulangan Lumpur Panas PT Lapindo Brantas. Dia juga pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Indonesian National Committee on Large Dams (INACO) dan berhasil membuat Indonesia jadi menjadi tuan rumah percobaan dari International Commision on Large Dams atau ICOLD 2014. Selain itu Basuki juga pernah menjabat tugas khusus  nasional, yaitu Ketua Kelompok Kerja SDA Rehabilitasi Pasca Tsunami Aceh (2004 – 2005), Ketua Tim Independen Penanggulangan Kerusakan Jalan Tol Purbaleunyi (2006), Anggota Tim Nasional Penanggulangan Kerawanan Pangan Yahukimo – Papua (2006. Basuki Hadi Muljono sempat menjadi Komisaris Utama PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Diharapkan sebagai menteri pu dan perumahan rakyat Basuki dapat menyelesaikan persoalan tata di ruang  dan infrastruktur indonesia. Permasalahan yang siap dihadapi Basuki antara lain pembangunan Waduk Jatigede, Tol Trans Jawa, Penyediana hunian murah dan terjangkau. Selain itu pengalaman sebagai ketua Tim Lumpur Sidoarjo diharapkan dapat membantu penyelesaian korban bencana lumpur sidoarjo.

Selamat Bekerja Geologis
Read More

Kamis, 23 Oktober 2014

Endapan Mineral Hidrotermal




1. Prinsip-prinsip Proses Hidrotermal


 Diferensiasi magmatik menghasilkan produk awal dan akhir fluida magmatik, dapat berupa konsentrasi logam yang utama dalam magma. Larutan hidrotermal membawa keluar logam-logam dari pembekuan intrusi ke tempat logam tersebut diendapkan yang ditentukan oleh banyak faktor di dalam pembentukan endapan mineral epigenetik. Larutan-larutan akan secara gradual kehilangan panas dengan bertambahnya jarak dari intrusi, oleh karenanya akan menghasilkan tipe endapan hidrotermal yang mempunyai karakteristik temperatur tinggi yang dekat dengan intrusi kemudian endapan hidrotermal temperatur menengah pada beberapa jarak dari intrusi serta endapan hidrotermal temperatur rendah pada daerah yang jauh dari intrusi.


Lindgren (1950), membedakan atas tiga jenis endapan hidrotermal yakni: hipotermal, mesotermal dan epitermal, termasuk di dalamnya temperatur dan tekanan serta faktor lingkungan geologi yang sangat berpengaruh terhadap pembentukannya.
Larutan hidrotermal dapat menghasilkan endapan mineral dalam berbagai bentuk oleh suatu bukaan (opening) dalam batuan, yang dapat berupa cavity filling deposits atau oleh metasomatic replacement dalam batuan yang menghasilkan replacement deposits. Pengisian suatu opening oleh presipitasi kadang-kadang diikuti oleh replacement dari wall opening, sehingga dapat secara gradasi menghasilkan dua tipe endapan mineral. Secara umum replacement dominan terjadi di bawah kondisi tekanan dan temperatur tinggi dekat intrusi dan menghasilkan endapan hipotermal, sedangkan cavity filling dominan di bawah kondisi temperatur dan tekanan rendah yang menghasilkan endapan epitermal.

Sifat geologi dari proses hidrotermal menghasilkan endapan mineral yang mensuplai sebagian besar kebutuhan logam. Di antaranya adalah logam mulia emas dan perak, tembaga, timbal, seng, mercuri, antimoni dan molibdenum, serta sebagian besar logam minor dan beberapa mineral-mineral non logam.

Pembentukan endapan hidrotermal terutama dipengaruhi oleh: (1) ketersediaan larutan yang mengandung unsur-unsur mineral yang memungkinkan terurai dan tertransportasi; (2) adanya suatu bukaan (opening) dalam batuan yang memungkinkan dilalui oleh larutan yang dapat berupa channeled; (3) adanya lingkungan pengendapan atau tempat untuk diendapkannya kandungan mineral; (4) adanya reaksi kimia yang dihasilkan dalam pengendapan; dan (5) faktor konsentrasi pengendapan yang cukup dari mineral matter sebagai endapan konstituen yang workable.

2. Sifat dan Pergerakan Larutan Hidrotermal
Larutan hidrotermal di alam banyak ditafsirkan dan disimpulkan oleh analogi dengan beberapa tipe mataair panas yang menyertainya. Kenyataannya mungkin hanya dalam bentuk endapan mineral atau batuan samping (wall rock alteration). Hidrotermal secara tidak langsung merupakan air panas yang diperkirakan mempunyai kisaran temperatur dari 500ºC hingga 50ºC, di mana temperatur yang tinggi juga berada di bawah tekanan tinggi. Substansi-substansi kimia diperkirakan terbawa oleh larutan kimia yang kemungkinan berupa larutan koloidal.

Pergerakan larutan hidrotermal dari sumber ke suatu tempat pengendapannya, tergantung pada besarnya bukaan yang ada dalam batuan. Deposisi tubuh utama dari mineral-mineral asing meliputi kebutuhan suplai terus-menerus material baru dan rata-rata melalui suatu channel wayyang ada. Bukaan bisa saja saling berhubungan yang selanjutnya berupa endapan cavity filling yang secara nyata tidak dapat terbentuk tanpa adanya cavityyang terisi. Demikian pula dengan replacementtidak dapat terbentuk tanpa adanya larutan yang dapat menjangkau batuan yang mengalami replacement. Konsekuensinya, maka bukaan dalam batuan merupakan hal yang mendasar dalam pembentukan endapan epigenetik. Demikian juga hal yang terutama dalam keberadaan tubuh air tanah, minyak atau gas. Berbagai tipe bukaan dalam batuan dapat merupakan tempat terdapatnya bijih atau keluarnya larutan yang mengalami pergerakan.

4.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengendapan
Pengendapan larutan hidrotermal, didominasi oleh perubahan kimia di dalam larutan, reaksi antara larutan dan wall rocks atau vein matter dan perubahan dalam temperatur dan tekanan.
Reaksi dan Perubahan Kimia. Larutan dengan kandungan mineral-mineral yang terbawa akan mengalami perubahan komposisi oleh reaksi dengan wall rocks yang dilewati secara langsung. Batuan-batuan silikat menjadi alkalin atau sangat alkalin.

Dalam replacement, dapat terjadi substitusi mineral-mineral baru atau lebih, pada bagian tempat terjadinya reaksi kimia antara larutan dan padatan.

Temperatur dan Tekanan. Faktor yang terpenting dari promosi deposisi dari larutan hidrotermal adalah perubahan dalam temperatur dan tekanan.

Larutan hidrotermal dimulai dari suplai panas oleh magma dan secara perlahan akan menurun setelah melewati batuan. Temperatur tergantung pada panas yang hilang pada saat melewati wall rocks yang sangat dipengaruhi juga oleh jumlah larutan yang mengalami pergerakan dan reaksi eksotermis, sehingga bukaan (opening) pada batuan juga mengakibatkan kehilangan panas.
Read More

Rabu, 22 Oktober 2014

Potensi Tambang Emas Bukit Tujuh (Tumpang Pitu), Banyuwangi, Jawa Timur




Penemuan endapan emas dan tembaga di bukit tujuh / tumpang pitu menarik tentang penelitian endapan mineral logam di sepanjang pantai selatan jawa. Seperti diketahui sepanjang pantai selatan jawa ini mengandung potensi mineral logam emas, perak, dan tembaga. Sayangnya eksplorasi di bagian timur jawa kurang berkembang dibandingkan di bagian barat pulau jawa yang berhasil menemukan cadangan deposit ekonomis mulai dari cibaliung, pongkor, ciemas, cikotok, pengalengan, dan bunikasih. 

Pada tahun 2006 di daerah tumpang pitu , banyuwangi, ditemukan endapan mineral logam emas dengan kandungan sebesar 22.000 ton. Perusahaan yang melakukan penyelidikan eksplorasi ini yaitu PT. Indo Multi Niaga (IMN). ijin eksplorasi mineral logam emass dan ikutanya dikeluarkan oleh Bupati Banyuwangi yang saat itu dijabat oleh Ratna Ani Lestari dan diregistrasi dengan Nomor 188/57/KP/429.012/2006 pada tanggal 23 Maret 2006. Tapi pada tahun PT. Indo Multi Cipta mengajukan surat nomo 07/IMC/VII/2006  untuk memindahkan ijin eksplorasi kepada PT indo Multi Niaga (IMN). Permohonan ini dikabulkan oleh bupati banyuwangi dengan menerbitkan Surat Keputusan Kuasa Pertambangan atas nama  PT. Indo Multi Niaga tanggal 16 februari 2007 dengan nomor registrasi 188/05/KP/429.02/2007.

Pt Indo Multi Niaga diwajibkan melakukan kegiatan eksplorasi dengan berpedoman pada peraturan Undang – undang yang berlaku. Cebakan mineral emas ini diketemukan berdasarkan pemboran eksplorasi sebanyak 14 lubang bor dengan kedalaman total 4.100 meter pada KP eksplorasi PT Imn seluas 11.621,45 ha atau 116,21 km 2. Cebakan emas ini diketemukan dalam bentuk urat – urat kuarsa pada batuan volkanik yang diterobos oleh intrusi batuan diorit, andesir, granodiorit, dan dasit. Fenomena cebakan urat ini banyak ditemukan di sepanjang pantai selatan jawa seperti cikotok, pongkor, cemas, dan cibaliung Banten. Berdasarkan studi  geologi cadangan mineral bijih mencapai 9.600.00 ton dengan kadar rata rata emas 2,3 pp, dengan cadangan emas sebesar  230,8 ton. Selain cebakan emas primer dari urat kuarsa , potensi mineral emass juga didapat dari cebakan mineral sekunder/ plaser. Keberadaan mineral emas ini berada di sekitar kawasan perhutani.

Lokasi Tumpang Pitu, Banyuwangi

Lokasi Tambang Emas Bukit Tujuh (Tumpang Pitu) Banyuwangi, Jawa Timur
 Tujuh Bukit (Tumpang Pitu ) berada di kecamatan Pesangrahan, Kabupaten Banyuwangi. sekitar 250 km dari kota Surabaya, Ibukota provinsi Jawa Timur. secara Koordinat berada di sekitar 8 35 20 S dan 114 01 08 N. Desa terdekat dengan lokasi tambang tumpang pitu ini berada di Desa sumberagung. Selain itu lokasi tambang emas tumpang pitu ini dekat dengan lokasi wisata Pantai Merah. dan diapit oleh 2 hutan suaka margasatwa Baluran dan Meru Betiri. Ijin penambangan sendiri terdiri dari dua ijin yaitu eksplorasi dan eksploitasi. sebagian besar lokasi merupakan kawasan Hutan Lindung, sawah , dan kebun milik warga sekitar.

Sejarah Eksplorasi

Daerah ini dieksplorasi pertama kali oleh PT. Hakman Platina Metalindo dan teman usaha  Golden Valley mines dari Australia. Golden Valley mengidentifikasi adanya potensi di daerah tumpang pitu dan Salakan berupa  endapan tipe porfiri yang dilakukan pada tahun 1997 - 1998. kemudian dilakukan survei geokimia yang intens dan pemboran eksplorasi dengan 5 titik selama maret - Juni 1999. Pada februari 2000 Placer Dome masuk melalui Golden Valley dengan memiliki saham 51% dan bertanggung jawab atas operasional kegiatan eksplorasi. Kemudian dilanjutkan dengan survei IP dan geokimia yang selesai antara april - may 2000. Hasil dari Ip resisstivity memiliki kaitan antara anmali resitivitaas dengan zona urat vuggy quartz. saynagnya Placer kemudian menarik diri dari Tumpang Pitu akibat jatuhnya harga mineral logam di pasar internasional, ketidakstabilan politik, dan krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia.

Pada juni 2006 Hellman dan schofield pty berkerjasama dengan IMN sebagai investor dan yang bertangung jawab atas kegiatan eksplorasi berdasarkan Kode JORC (Joint Ore Reserve Committe).
Read More

Minggu, 05 Oktober 2014

Tambang Galian C di Cianjur segera ditertibkan


Ilustrasi penambangan galian C
Pemerintah Kabupaten cianjur akan menutup tambang galian C yang tidak memiliki izin atau ilegal. penutupan ini akibat dari terjadinya insiden di galian C yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. wakil Bupati Cianjur suranto menyatakan, akan segera berkoordinasi dengan Badan Penanaman Modal, dinas PSDAP , dan satpol PP berkaitan dengan galian C ini. Pihaknya akan menelititi dahulu lokasi galian C ilegal yang ada di cianjur. Selain itu , banyak galian C yang tifak melaporkan ke pemerintah dan hanya cukup memberitahukan kepada aparat desa. Contohnya banyak pertambangan galian C yang beralasan cut and fill. Padahal Cut and fill itu harus ada perencanaanya. Pihaknya berharap agar masalah tersebut dapat diselesaikan agar tidak ada korban jiwa.


Sebelumnya tiga orang pengali pasir dan batu di Kampung Anggoda Desa Sukamekar , Kecamatan Cibinong, Kabupaten Cianjur tewas tertimbung longsor pada 2 oktober 2014. ketiga penggali yang tewas yaitu Mahludin 60 thn , Ajun 45 thn, dan Soleh 45 thn. Ketiga jenazah ini sempat diautopsi di Kecamatan Pagelaran. Informasi yang berhasil didapatkan peristiwa longsor itu terjadi pada pukul 10 wib. ketika sejumlah pengali batu dan pasir beraktivitas di penggalian pasir milik Mahludin. Tiba - tiba terjadi longsor yang menimbun 3 orang ini. Bersama warga dan TNi membantu pencarian jasad ketiga orang tersebut.

Sementara itu kepala BPBD kabupaten Cianjur Aseh suhara mengatakan kejadian tersebut tidak dikategorikan bencana alam karena korban tertimbun galian dan murni akibat kegiatan penambangan. Kejadian ini bukan merupakan pergerakan tanah atau longsor tetapi akibat tertimbun galian.

sumber : Sindo 6 oktober hal 14
Read More

Rabu, 01 Oktober 2014

Geologi Regional Cekungan Jawa Barat Utara (North West Java Basin)


Gambar 1. Lokasi Cekungan Jawa Barat Utara
Cekungan Jawa Barat Utara (North West Java Basin) merupakan salah satu cekungan yang terbukti memiliki kandungan minyak bumi. Cekungan ini sekarang dikelola oleh PT Pertamina. Cekungan Jawa Barat Utara terletak memanjang di bagian utara sejajar dengan pantai utara Jawa Barat. Di bagian utara dibatasi oleh Paparan sunda, bagian selatan oleh Cekungan Bogor, bagian timur oleh daerah pengangkatan Karimun Jawa dan bagian barat oleh Cekungan Sumatra Selatan.

Pada Cekungan Jawa Barat Utara terdapat dua sub cekungan utama, yaitu Cekungan Ardjuna dan Cekungan Sunda. Selain itu juga terdapat sub-sub cekungan lain, diantaranya Cekungan Ciputat, Pasir Putih, Vera, Billiton dan Jatibarang dengan tinggian-tinggian Tangerang, Rengasdengklok, Pamanukan dan Arjawinangun di antara sub-sub cekungan tersebut (Asril Sjahbuddin, 1985). 

Tektonik

Lempeng Sunda di sebelah timur dibatasi oleh kerak samudra, sebelah barat oleh kerak benua, sebelah selatan oleh kerak benua dan samudra berumur Kapur yang timbul selama umur Tersier (Pulunggono, 1985; Ponto dkk, 1988). Sejak awal Tersier, lempeng ini menunjam ke selatan dan mereda pada Oligosen (Ponto dkk, 1988).

Sistem subduksi yang terjadi sekarang di lepas pantai selatan Jawa bermula sejak akhir Oligosen (Hamilton, 1979). Tektonik ini dihasilkan oleh pergerakan lempeng Indo-Australia ke arah Utara dan pada Eosen-Oligosen membentuk struktur half-graben di sepanjang tepi selatan Lempeng Sunda (sekarang Sumatra dan Jawa) (Hall, 1997a, b; Longley, 1997; Sudarmono dkk, 1997). Pada awalnya kompleks half-graben ini berarah N45°E, bergerak semakin ke timur dengan arah N60°E, dan pada akhir Oligosen berarah N90°E (barat-timur) dan dipisahkan oleh zona sesar.

Struktur yang terbentuk di daratan Jawa akibat subduksi dari barat ke timur yaitu Tinggian Tangerang, Cekungan Ciputat, Tinggian Rengasdengklok, Cekungan Pasir Putih, Tinggian Pamanukan-Kandanghaur, Jatibarang Basin, and the Cirebon Trough (Reminton and Pranyoto, 1985; Adnan dkk, 1991).  Struktur yang terbentuk di lepas pantai antara lain Cekungan Sunda and Cekungan Asri, Seribu Platform, Cekungan Ardjuna, Tinggian F , Cekungan Vera, Cekungan Jatibarang, Cekungan Billiton, Busur Karimunjawa, dan Bawean Trough (Ponto dkk, 1988; Adnan dkk, 1991).

Pengendapan

Tipe pengendapan pada half-graben ini dimulai dari pengisian bahan klastik yang berasal dari punggungan half-graben ini, dimana terkadang half-graben ini diisi oleh danau air tawar (Bishop, 1988; Wicaksono and others, 1992). Sedimen yang tererosi dari pengangkatan lempeng Sunda mengisi cekungan ini dari utara. Ketika pengisian ini masih berlanjut, cekungan ini berkembang semakin besar dan pengisian berubah menjadi fase late-rift dan fase post-rift. Klastik yang berasal dari endapan pantai dan endapan delta dari daratan sunda mengelilingi dan mengisi cekungan lakustrin half-graben ini (Ponto dkk, 1988; Sudarmono dkk, 1997).

Pada akhir Oligosen, terjadi kenaikan muka air laut. Ini menyebabkan endapan laut dan endapan delta terakumulasi (Ponto dkk, 1988). Pada Cekungan Ardjuna dan Cekungan Jatibarang, berkembang endapan batubara yang tebal (Gordon, 1985; Ponto dkk, 1988). Fasies laut dangkal juga terjadi di Cekungan Vera yang awalnya terpisah dengan Cekungan Ardjuna.

Pada awal Miosen, terjadi kenaikan muka air laut di Cekungan Jawa Barat Utara, ini menyebabkan terendapkannya terumbu sehingga batuan karbonat mengisi cekungan ini. Terjadi juga pemekaran laut yang menyebabkan terendapnya serpih marin yang diduga berfungsi sebagai seal pada perangkap hidrokarbon.

Pada Miosen tengah, terjadi penurunan muka air laut yang menyebabkan terendapkannya endapan klastik laut dangkal, endapan pantai dan delta, endapan darat yang bergantian dengan perkembangan fase karbonat (Pertamina, 1996). 

Pada akhir Miosen terjadi penurunan muka air laut kembali, menyebabkan berkembangnya endapan karbonat dan terendapkannya sedimen laut (Pertamina, 1996). 

Selama Pleistosen, Lempeng Sunda sesekali muncul, dan serpih, klastik fluvial dan vulkanik terendapkan (Pertamina, 1996).

Kolom stratigrafi Cekungan Jawa Barat Utara

 

Read More