Sabtu, 01 Desember 2012

Arti Buku Lapangan Bagi Geologis

Buku lapangan merupakan catatan penting bagi seorang geologis. Buku ini menceritakan tentang pikiran, catatan, dan dokumentasi lapangan. Buku ini sangat berharga karena mencatat informasi dan lokasi geologi. Dari buku lapangan geologislah tambang dan ladang minyak besar ditemukan.

Contoh buku lapangan geologi (sumber).


1. Buku lapangan dengan isinya merupakan dokumen yang sangat penting dan harus dijaga, dilestarikan, dan diamankan. Buku tersebut memuat semua hasil pengamatan, analisa dan penafsiran sementara berdasarkan data lapangan, dan kadang - kadang juga pemecahan masalah lapangan yang dilandasi oleh hipotesa-hipotesa yang merupakan bahan dalam penyusunan laporan geologi. Buku lapangan merupakan hasil kerja seorang geologis selama di lapangan baik selama beberapa hari, minggu dan bahkan bulanan. Hasil kerja ini mungkin telah menyita waktu, tenaga, dan mungkin biaya yang sangat besar (terutama daerah terpencil dan sulit diakses). Dapat dibayangkan apabila kerugian yang timbul apabila benda yang berharga itu hilang, rusak, atau tidak terawat sehingga tidak bisa dibaca.

2. Buku lapangan bukan hanya saja milik pribadi geologis, tetapi juga pemilik perusahaan / instansi yang memberikan tugas pekerjaan dan juga ahli - ahli geologi lainnya yang berminat atau geologis yang akan melanjutkan penelitian sebelumnya. Karena itu buku lapangan bukan hanya dapat dibaca oleh pembuatnya tetapi juga oleh orang lain. Selain itu bahasa harus dapat dimengerti sehingga tidak menimbulkan salah tafsir terhadap apa yang dimuatnya. Oleh karena itu dianjurkan menulis dengan huruf cetak dan menggunakan alat tulis yang tidak akan hilang atau luntur dimakan hari atau air  (tinta akan hilang kena air). Untuk itu sebaiknya dalam mencatat mengunakan pensil. Pada pemerian sebaiknya dilengkapi dengan sketsa geologi pada halaman yang disediakan.

3. Bentuk dari buku lapangan dapat berbeda - beda tergantung dari instansi yang membuatnya. Tetapi pada dasarnya mempunyai persamaan - persamaan umum, misalnya :
Dibuat atau dilengkapi dengan bahan yang tahan terhadap kerusakan.
Terdiri dari dua bagian , yaitu bagian kiri digunakan untuk membuat sketsa (dengan pola garis tegak lurus seperti kertas mm), sedangkan bagian kanan bergaris biasa untuk menuliskan catatan.
Mempunyai tanda pengenal yang jelas antara lain instansi atau badan yang menggunakan, nama pemeta, daerah, hari dan tanggal pelaksanaan pekerjaan lapangan, apabila buku lapangan tersebut hilang akan dapat dikembalikan kepada yang berhak.

Referensi

Buku Pedoman Geologi Lapangan , ITB  
Read More

Rabu, 21 November 2012

Proses Diferensiasi Magma

Diferensiasi Magma

Adalah proses perubahan satu magma homogen menjadi berbagai jenis batuan beku dengan komposisi kimia yang berbeda.

Proses deferensiasi magma :

·         Fractional Crystallization

Sebuah kondisi dimana kristal-kristal yang telah terbentuk, mengalami proses pemisahan dari magma asalnya. Kondisi ini akan tercapai jika magma telah mencapai keseimbangan.

Fraksinasi crystal terjadi ketika kristal yang telah terbentuk akibat gaya gravitasi mengalami pemisahan dengan cairan magma, proses ini disebut gravity settling. Proses ini mengakibatkan terjadinya perubahan komposisi pada magma asal, hasil dari gravity settling adalah pseudostratification structure           


·         Liquid Immicibility

Kondisi dimana larutan magma yang memiliki komposisi kimia yang berbeda tidak dapat saling bercampur. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan tipe molekul antar larutan (polar dan tidak polar). Jika perbedaan spesifik gravitasi antar larutan terjadi, akan mengakibatkan salah satu larutannya  muncul dan yang lainnya tenggelam.

·         Gaseous Transfer

Kondisi dimana gelembung-gelembung gas dalam magma yang lebih ringan dari larutan magma itu sendiri naik keatas  dan mengalami proses pemisahan dengan larutan magma induk. Akibatnya komposisi kimia induk berubah.

Proses yang mungkin terjadi sebelum diferensiasi ,yang  dapat memodifikasi magma :

·         Magma Assimilation

Kondisi dimana terjadi proses percampuran magma induk dengan batuan samping yang diterobosnya dengan syarat temperatur magma induk lebih tinggi. Bila temperatur batuan samping lebih tinggi, assimilasi tidak terjadi tapi menghasilkan fragmen asing (xenolith).

·         Magmatic mixing


Kondisi dimana terjadi pencampuran magma induk dengan dua atau lebih magma yang lainnya sebelum terdiferensiasi.
Read More

Selasa, 25 September 2012

Stratigrafi Regional Lengan Utara Sulawesi

Stratigrafi Regional Lengan Utara Sulawesi

            Stratigrafi daerah penelitian termasuk dalam peta geologi lembar Tilamuta ,Sulawesi (Bachri , dkk., 1994). Urutan stratigrafi batuan dari yang tertua sampai termuda yang dijumpai di daerah ini antara lain :

 



Gambar  Stratigrafi regional daerah lengan utara sulawesi


1. Formasi Tinombo (Teot)

Formasi Tinombo ini merupakan formasi batuan tertua yang ditemui di daerah ini dengan penyusun utama berupa batuan sedimen dan sedikit batuan malihan lemah. Batuan gunungapi terdiri dari lava basal, lava spilitan, lava andesit, dan breksi gunungapi. Batuan sedimen terdiri dari batupasir wacke, batulanau, batupasir hijau, batugamping merah, dan batugamping abu – abu. Sebagian dari batuan ini mengalami pemalihan derajat rendah. Formasi ini tak selaras dengan formasi diatasnya. Trail (1974) mengungkapkan bahwa kemungkinan umur formasi ini adalah Eosen hingga Miosen Awal. Sedangkan Ratman (1976) dan Sukamto (1975) menyebutkan bahwa Formasi Tinombo berumur Mesozoikum Akhir hingga sekitar Oligosen. Penarikan umur pada batuan basal menunjukkan umur 51,9 juta tahun atau Eosen awal. Tebal formasi ini diperkirakan mencanpai ribuan meter. Berdasarkan komposisi batuan basal spilitan dan himpunan batuan sedimennya terbentuk di lingkungan laut dalam


2. Formasi Dolokapa (Tmd)

Formasi Dolokapa ini tersusun atas batuan sedimen dengan selingan batuan gunungapi. Batuan sedimennya terdiri dari batupasir wacke, batulanau, batulumpur, dan konglomerat. Batuan gunungapinya terdiri dari tuf, tuf lapili, aglomerat, breksi dan lava dengan susunan andesitan sampai basalan. Umur formasi ini terdapat beberapa pendapat yang berbeda. Marks (1957) membandingkan umur formasi ini dengan Formasi Tinombo yang dianggapnya berumur Kapur hingga Eosen. Sedangkan Trail (1974) menyebutkan bahwa kepingan batugamping di dalam formasi ini berumur Miosen Awal. Sedangkan pada batulanau formasi ini dijumpai fosil antara lain : Orbulina suturalis Broniman, Globigerinoides immaturus Le Roy, Globootalia menardii, Brazilina sp., dan Anomalia sp. Fosil ini menunjukkan umur tidak lebih tua dari Miosen Tengah. Lingkungan pengendapan adalah inner sublitoral.

3. Formasi Randangan (Tmr)

Formasi Randangan ini terdiri dari konglomerat, batupasir wacke, batulanau, dan batulumpur, kandungan fosil yang terdapat di dalam lapisan formasi ini menunjukkan umur Miosen Tengah hingga Miosen Akhir. Menurut trail (1974) , kepingan batugamping di dalam konglomerat mengandung fosil berumur Miosen Tengah hingga awal  Miosen Akhir, dengan lingkungan pengendapan laut dangkal. Formasi ini menindih takselaras dengan Formasi Tinombo. Sedangkan hubungan dengan Formasi Dolokapa tidak diketahui.

4. Batuan Gunungapi Bilungala (Tmbv)

Batuan Gunungapi Bilungala terdiri dari breksi gunungapi, tuf dan lava bersusunan asam sampai basa. Batuan gunungapi ini umumnya berwarna abu – abu hingga abu – abu tua. Breksi gunungapinya tersusun oleh kepingan andesit, dasit, dan basal. Tuf umumnya bersifat dasitan dan agak kompak. Lava bersifat andesitan sampai basal, bertekstur hipokristalin sampai holokristalin, berbutir halus dan masif. Batuan Gunungapi Bilunggala sulit dibedakan dengan batuan gunungapi Formasi Dolokapa dikarenakan adanya persamaan susunan batuan. Diperkirakan formasi ini tumbuh bersama dengan Formasi Dolokapa dan berhubungan menjemari. Umur formasi ini diperkirakan berumur Miosen Tengah higga awal Miosen Akhir.

5. Batuan Gunungapi Pani (Tppv)

Batuan Gunungapi Pani terdiri dari dasit, andesit, tuf, dan aglomerat. Lava andesit merupakan penyusun utama di formasi ini. Berstruktur masif, warna abu – abu , bertekstur porfiritik, dengan fenokris terdiri dari feldspar dan kuarsa. Sedang lava andesit berwarna abu – abu dengan tekstur porfiro-afanitik, dan masif. Tuf berwarna abu abu muda , bersusunan dasit dan kompak. Aglomerat berwarna abu – abu dengan komponen andesit dan basal.
Batuan ini menindih tak selaras Formasi Randangan. Jadi , umur Batuan Gunungapi Pani diperkirakan berumur Pliosen Awal.

6. Breksi Wobudu (Tpwv)

Breksi wobudu terdiri dari : breksi gunungapi, aglomerat, tuf, tuf lapili, lava andesitan dan basalan. Breksi gunungapi berwarna abu – abu, tersusun oleh kepingan batuan andesit dan basal yang berukuran kerikil sampai bongkah. Tuf dan tuf lapili berwarna kuning dan kuning kecoklatan , berbutir halus hingga berukuran kerikil, membulat tanggung, kemas terbuka, terkekarkan, umumnya lunak dan berlapis. Sedangkan lava umumnya berwarna abu – abu hingga abu – abu tua, masif, bertekstur  porfiri – afanitik dan bersusunan andesit hingga basal. Posisi stratigrafi menindih takselaras Formasi Dolokapa. Maka umur Breksi Wobudu diperkirakan Pliosen Awal.

7. Formasi Lokodidi (TQls)

Formasi Lokodidi ini terdiri dari perselingan konglomerat, batupasir, batuasir konglomeratan, batupasir tufan, tuf pasiran, batulempung, dan serpih hitam. Konglomerat berwarna coklat, tersusun oleh kepingan batugamping, andesit, dan kursa susu yang berukuran kerikil hingga kerakal, berbentuk membulat, dengan masadasar tuf, terpilah buruk dengan kemas tertutup. Batupasir berwarna abu hingga coklat kemerahan, berbutir halus hingga sedang emumnya kompak, merupakan sisipan di antara serpih dan konglomerat. Batupasi tufan dan tuf berwarna putih hingga abu – abu muda , berbutir sedang dan agak kompak. Sedang serpih berwarna hitam , umumnya kurang kompak, gampingan. Formasi ini menindih selaras Breksi Wobudu yang berumur Pliosen Awal sehingga diduga berumur Pliosen Akhir hingga Pliotesn Awal.

8. Batuan Gunungapi Pinogu

Batuan ini terdiri dari perselingan aglomerat , tuf , dan lava. Aglomerat berwarna abu – abu tersusun oleh kepingan andesit dengan ukuran berkisar antara 2 sampai 6 cm, berwarna abu –abu, menyudut tanggung, massadasar tuf, terpilah buruk, dan agak kompak.
Tuf berwarna coklat muda hingga putih kecoklatan, berbutir sedang sampai kasar dengan susunan andesit sampai dasit. Lava berwarna abu – abu tua, tersusun atas andesit sampai basal. Satuan ini diduga menindih Breksi Wobudu, sehingga umurnya diperkirakan Pliosen Akhir.

Batuan Terobosan (Intrusi)

9. Batuan Gabro (Teog)

Gabro dan mikrogabro berwarna abu – abu tua, holokristalin, masif, terperidotkan dan terkloritkan, mengandung hornblenda. Diabas berwarna abu – abu , berbutir sedang, berstruktur diabasik. Satuan batuan ini diterobos oleh Diorit Bumbulun dan Diorit Boliohuto. Diduga Gabro ini terbentuk bersamaan dengan batuan gunungapi yang terdapat dalam Formasi Tinombo sehingga diperkirakan berumur Eosen hingga Oligosen

10. Diorit Bone (Tmb)

Diorit, diorit kuarsa, granodiorit, adamelit. Satuan ini terdiri dari diorit masif berukuran sedang sampai kasar dengan tekstur hipidiomorfik sampai faneroporfiritik dengan hablur sulung piroksen dan feldspar yang mencapai ukuran 0.5 cm. Diorit Bone yang berbutir halus mempunyai susunan mineral yang mirip batuan andesitan dari batuan gunungapi Bilunggala. Berdasarkan hal tersebut  , diorit Bone diduga sebagai mamgma induk dari batuan gunungapi Bilunggala yang berumur Miosen Tengah hingga awal Miosen Akhir (Trail, 1974).

11. Diorit Boliohuto (Tmbo)

Satuan ini terdiri dari batuan diorit sampai granodiorit yang mengandung kuarsa 20% dengan kandungan feldspar, dan biotit cukup menonjol. Beberapa tempat dijumpai xenolit bersusunan basa. Kemungkinan satuan ini menerobos batuan basa di bawah permukaan. Batuan ini menerobos Formasi Dolokapa. Satuan ini diperkirakan berumur Miosen Tengah hingga Miosen Akhir.

12. Granodiorit Bumbulan (Tpb)


Satuan ini terdiri dari granodiorit, granit, dasit, dan monzonit kuarsa. Granodiorit berwarna abu – abu , masif, berbutir sedang, mengandung biotit dan piroksen. Granit berwarna abu – abu muda hingga abu – abu berbutir sedang sedikit mengandung mineral mafik jenis biotit, dan umumunya terkekarkan. Sedang dasit berwarna abu – abu muda berbutir halus dengan mineral kuarsa dan feldspar. Monzonit kuarsa berwarna abu – abu , masif, berbutir menengah , dengan penyusun utama berupa kuarsa , plagioklas, dan feldspar alkali. Menurut Sukamto (1973 ) batuan ini berumur Pliosen.

Referensi

Bachri, S., Sukido,  Ratman, N., 1994, Geologi Lembar Tilamuta, Sulawesi, Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

Hamilton, W., 1980, Tectonics of the Indonesian Region, US Geological Survey,
Professional Paper 1078. 
Read More

Kamis, 30 Agustus 2012

Geologi Cekungan Sumatera Selatan

Geologi Regional

Lokasi Cekungan Sumatera Tengah


Nama cekungan polyhistory                : Paleogene Back Arc - Neogene Back Arc Basin
Klasifikasi Cekungan                          : Cekungan Sedimen dengan Produksi Hidrokarbon

Cekungan Sumatera Selatan merupakan cekungan yang menghasilkan hidrokarbon paling produktif dalam tatanan cekungan belakang busur yang terbentuk di timur pantai Sumatera di bagian Barat Indonesia.
Peta Isopach Cekungan Sumatera Selatan
Cekungannya dibatasi oleh Selat Malaka di bagian timur, Tinggian Tigapuluh di utara serta bentangan Bukit Barisan di bagian baratnya. Daerahnya hampir semua berada di darat dan hanya sebagian kecil di lepas pantai. Cekungan Sumatera Selatan mencakup luas area sekitar 119.000 km2 dengan ketebalan sedimen tersier rata-rata 3.5 km.
Peta Gaya Berat Cekungan Sumatera Selatan


Tiga cekungan busur belakang di Sumatera merupakan cekungan Tersier yang lapisan penghasil hidrokarbonnya berada langsung diatas batuan dasarnya yang berupa batuan metamorf dan batuan beku berumur Pra-Tersier; terbentuk sebagai depresi di belakang busur volkanik. Anomali gaya berat memberikan batas yang cukup signifikan untuk Cekungan Sumatera Selatan.
 

 Tektonik Regional


Eosen-Awal Oligosen
 
Pola Struktur Cekungan Sumatera Selatan



Cekungan Belakang Busur Sumatera terbentuk pada fase pertama tektonik regangan pada masa Tersier Awal. Sedimentasi awal merupakan sedimentasi dengan lingkungan darat yang diakibatkan pengangkatan blok batuan dasar. Batuan dasar yang tersingkap sekarang di Cekungan Sumatera Selatan berarah utara-selatan dan  timurlaut-baratdaya . Empat sub-cekungan ditemukan di Cekungan Sumatera Selatan yakni Palembang Utara, Jambi, Palembang Selatan, dan Tengah.

Oligosen Awal-Miosen Awal

Tektonik ekstrusi yang dikemukakan oleh Taponnier dkk. (1986) menyebabkan sutura-sutura tektonik di asia berbelok dan mengalami perputaran blok. Fasa transgresi terjadi di Akhir Oligosen atau Awal Miosen Formasi ini tersesarkan dan terlipat berulang kali membentuk jebakan struktur untuk hidrokarbon.

Implikasi dari model tektonik ini adalah adanya tektonik transtensional yang mengawali terbentuknya cekungan pull apart yang kemudian mengawali diendapkannya Formasi Talang Akar secara selaras diatas sedimen syn-rift tetapi tidak selaras di batas cekungan.

Beberapa seri cekungan ‘pull apart’ berarah Utara-Selatan terbentuk dari mekanisme seperti ini yang direpresentasikan oleh cekungan-cekungan di Sumatera.

Miosen Tengah-Resen

Pengangkatan Bukit Barisan menyebabkan regresi muka air laut yang dilanjutkan dengan pengendapan sedimen darat pada Miosen Tengah. Cekungannya menjadi objek dari deformasi baru yang berarah timurlaut-baratdaya yang mengaktifkan kembali struktur perlipatan berarah baratlaut-tenggara dan sesar mendatar berarah utara-selatan juga membentuk struktur struktur bunga  

Stratigrafi Regional



Periode sedimentasi paling tua di Cekungan Sumatera Selatan teridentifkasi dari lubang bor dan seismik yang mewakili sedimen darat dari Formasi Lahat dan Formasi Lemat yang terdiri dari batuan volkanik, breksi dan ‘granite wash’ hasil dari erosi blok batuan dasar yang terangkat ke permukaan yang diendapkan secara tidak selaras diatas batuan dasar. Sedimen-sedimen ini juga berupa konglomerat yang terbentuk dari fragmen-fragmen kelompok Tapanuli, Kuantan dan Woyla yang bermur Pra-Tersier, semakin ke bagian tengah cekungannya endapannya berubah menjadi perlapisan batupasir dan batulanau dengan sisipan tipis batubara (De Coster, 1974).



Stratigrafi Regional Cekungan Sumatera Selatan

Endapannya kemudian ditutupi oleh batupasir channel dengan sisipan batulanau dan serpih berkarbon  terkadang mengandung cangkang moluska dan sisipan batubara dan unit tufaan yang diidentifikasi sebagai Formasi Talang Akar yang diendapkan pada lingkungan fluvial, lakustrin, laguna dan laut dangkal.

Setelah pembentukan Formasi Talang Akar sedimentasi dilanjutkan dengan fase thermal subsidence yang mengendapkan batuan sedimen halus di hampir semua area cekungan juga terbentuknya batugamping pada blok tinggian. Fase ini berlanjut hingga pengendapan Formasi Gumai dan Formasi Baturaja.


Read More