Kamis, 28 Februari 2013

Melirik Potensi Energi Geotermal di Malang Raya


Saat ini semakin dengan menurunnya energi hidrokarbon (oil dan gas) diperlukan energi alternatif sebagai penganti energi tersebut. Salah satu energi yang ramah lingkungan yaitu energi panas bumi / geotermal energy. Energi ini dihasilkan dari panas bumi yang disimpan dalam batuan. Geotermal sendiri dapat ditemukan di daerah vulkanik/ gunung api dan daerah yang memiliki gradient geotermal yang tinggi.
Di daerah Malang Raya sendiri dikelilingi oleh Gunung Api.
Di daerah timur terdapat G. bromo dan semeru. Sedangkan di Barat dibatasi G. Arjuna dan Welirang. Beberapa gunung berapi tersebut menghasilkan manifestasi panas bumi berupa uap dan air panas. Mata air panas ini  kemudian dimanfaatkan sebagai pemandian air panas, salah satu yang terkenal yaitu wisata air panas cangar dan air panas songgoriti. Energi Geotermal di daerah malang masih hanya dimaksimalkan sebagai daerah wisata, sedangkan untuk pembangkit listrik geotermal belum dikembangkan.
Saat ini pemerintah tengah menggalakan energi geotermal sebagai pengganti energi fosil untuk pembangkit tenaga listrik. Salah satu daerah prospek tersebut berada dalam wilayah Malang Raya yaitu : Kabupaten Malang dan Kota Batu


Data pada tahun 2012 terdapat 3 daerah prospek yaitu daerah Cangar (Cadangan 110 Mwe), G. Arjuna – Welirang (cadangan 130 Mwe), dan Songgoriti – Kawi (Sumberdaya 25 Mwe).
 
Sayangnya dari ke -3 daerah tersebut belum satupun yang berstatus sebagai WKP (Wilayah Kerja Pertambangan). Ketiga daerah tersebut masih berstatus sebagai daerah survei yang dinilai kelayakannya dari segi geologi, ekonomi dan lingkungan untuk dilajutkan sebagai daerah berstatus WKP. 
Berita terakhir prospek arjuno – welirang siap diajukan sebagai WKP. Izin eksplorasi energi panas bumi (geotermal) di kawasan Gunung Arjuna dan Gunung Welirang, Jawa Timur, segera turun. 
"Kami mendapatkan kepastian dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengenai izin eksplorasi panas bumi di Gunung Arjuna dan Gunung Welirang segera turun," kata Kepala Badan Penanaman Modal (BPM) Jatim, Tutut Tri Herawati di Surabaya, Rabu (24/3) (Dikutip dari Forum Konsultasi Penghasil Migas).  
Sebagai Masyarakat Malang sebaiknya berperan aktif dalam pengembangan energi alternatif ini, sehingga terasa dampak ekonomi dan lingkungan yang lebih baik. Sehingga masyarakat daerah penghasil energi tidak hanya sebagai penonton tetapi sebagai pelaku pengembangan energi ini.


Read More

Selasa, 12 Februari 2013

Tahap eksplorasi pendahuluan



Dalam tahap eksplorasi pendahuluan ini tingkat ketelitian yang diperlukan masih kecil sehingga peta-peta yang digunakan dalam eksplorasi pendahuluan juga mempunyai skala yang relatif kecil, yaitu 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah :




A.            Studi literatur



Dalam tahap ini, sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan studi terhadap data dan peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu), catatan-catatan lama, laporan-laporan temuan dll, lalu dipilih daerah yang akan disurvei.




Setelah pemilihan lokasi ditentukan langkah berikutnya, studi faktor-faktor geologi regional dan provinsi metalografi dari peta geologi regional sangat penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena pembentukan endapan bahan galian dipengaruhi dan tergantung pada proses-proses geologi yang pernah terjadi, dan tanda-tandanya dapat dilihat di lapangan.




B.            Survei dan pemetaan



Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia, maka survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah dapat dimulai (peta topografi skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000). Tetapi jika belum ada, maka perlu dilakukan pemetaan topografi lebih dahulu. Kalau di daerah tersebut sudah ada peta geologi, maka hal ini sangat menguntungkan, karena survei bisa langsung ditujukan untuk mencari tanda-tanda endapan yang dicari (singkapan), melengkapi peta geologi dan mengambil conto dari singkapan-singkapan yang penting.



Selain singkapan-singkapan batuan pembawa bahan galian atau batubara (sasaran langsung), yang perlu juga diperhatikan adalah perubahan/batas batuan, orientasi lapisan batuan sedimen (jurus dan kemiringan), orientasi sesar dan tanda-tanda lainnya. Hal-hal penting tersebut harus diplot pada peta dasar dengan bantuan alat-alat seperti kompas geologi, inklinometer, altimeter, serta tanda-tanda alami seperti bukit, lembah, belokan sungai, jalan, kampung, dll. Dengan demikian peta geologi dapat dilengkapi atau dibuat baru (peta singkapan).



Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta tersebut kemudian digabungkan dan dibuat penampang tegak atau model penyebarannya (model geologi). Dengan model geologi hepatitik tersebut kemudian dirancang pengambilan conto dengan cara acak, pembuatan sumur uji (test pit), pembuatan paritan (trenching), dan jika diperlukan dilakukan pemboran. Lokasi-lokasi tersebut kemudian harus diplot dengan tepat di peta (dengan bantuan alat ukur, teodolit, BTM, dll.).



Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan, gambaran mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll. dipakai untuk menetapkan apakah daerah survei yang bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah tersebut mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan dengan tahap eksplorasi selanjutnya.
Read More