Sabtu, 13 September 2014

Keindahan Karst Citatah yang Terancam Penambangan

Kawasan Stone Garden Padalarang, Jawa Barat (Sumber)
Kabupaten Bandung Barat (KBB) , ternyata menyimpan mutiara destinasi wisata yang mempesona . Sayangnya , mutiara ini masih terpendam. Objek wisata potensial itu adalah Taman Batu / Stone Garden Padalarang , Kabupaten Bandung. Obyek ini berada di kawasan karst citatah yang memanjang mulai dari kabupaten Cianjur samapi Bandung Barat. Pemandangan di sekitar tebing menampakan keindahan dengan latar belakang batu gamping yang telah terbentuk runcing - runcing. Dengan ketinggian lebih dari 1000 m di atas permukaan laut, stone garden menawarkan keeksotisan pemandangan yang berbeda.


Para pengunjung yang datang selain dapat menikmati keindahan stone garden juga dapat mengunkungi Gua Pawon yang berada di bukit masigit.  Gua Pawon ini merupakan tempat tinggal manusia prasejarah yang mendiami kawasan Bandung Barat. Kawasan ini merupakan bukti bahwa pernah ada manusia purba yang menjadikan Gua Pawon sebagai tempat tinggalnya.

Sayangnya keindahan daerah ini mulai digerus oleh para penambang kapur yang berada di Karst Citatah ini. Sayangnya pemerintah daerah kurang tanggap terhadap ancaman ini dan malah membiarkan Kart Citatah ini dengan kurangnya perhatian terhadap potensi Stone Garden dan Gua pawon. Padahal kawasan ini memiliki daya tarik wisata yang perlu dikembangkan.

Jika potensi wisata ini dapat dikembangkan , warga sekitar tidak akan mengntungkan hidup dari penambangan kapir ini yang merusak lingkungan. Pembenahan infrastruktur sangat penting untuk meningkatkan potensi wisata ini , karena kases menuju kesana sangat sulit, dan tidak ada penunjuk jalan apalagi brosur dan promosi daerah ini. Meski minim fasilitas dan promosi Stone Garden tetap menjadi daya tarik wisata. Banyak pecinta alam yang berkunjung ke taman batu ini apalagi infrastruktu dikembangkan dengan baik. Sehingga Karst Citatah tidak hanya dikenal sebagai penambangan kapur tetapi juga sebagai objek wisata.

Sumber Dimodifikasi dari Anne Rufaidah ,
Koran Sindo 10 September 2014 
Read More

Kamis, 11 September 2014

Tambang Liar Rusak Kawasan Perhutani Sukabumi

Ilustrasi Lubang Penambangan Liar di Ciemas

Pertambangan ilegal yang berada di kawasan perhutani sukabumi merusak sebagian kawasan hutan produktif. Kawasan pertambangan ini berada di wilayah Kecamatan Ciemas, Simpenan, Ciracap, Waluran , dan Lengkong. Secara pengelolaan daerah ini berada di wilaya Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Hanjuang Barat dan Mataram - Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan BKPH Lengkong.
Lokasi pertambangan ini berada di dalam kawasan penyadapan pohon pinus yang aktif dan produktif, kata wakil perum perhutani Agus Soleh.


Selain merusak pohon pinus yang masih produktif, para penambang liar juga meninggalkan lubang - lubang galian yang bisa mencapai kedalaman 30 m. ini sangat membahayakan bagi penduduk sekitar.
Untuk mencegah kerusakan perhutani mengelar operasi gabungan penertiban penambang liara di Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi. Kendati gagal menangkap gurandil , operasi gabungan ini berhasil menyita berbagai alat dan perlengkapan pertambangan. Barang - barang yang disita antara lain 6 genset, 6 mesin dompleng serta puluhan karung yang berisi kandungan emas. Para Gurandil ini kabur saat mengetahui tim gabungan tiba di lokasi kata Komandan Polisi Hutan Yahya.

Untuk penertiban kali ini tidak dilakukan penangkapan karena jumlah personil sedikit dibandingkan dengan gurandil dan warga yang mencapai ratusan orang. Yahya menuturkan operasi ini merupakan gabungan yang meliatkan Polres Sukabumi dan Detpom Sukabumi. Operasi penertiban ini akan terus dilakukan di kawasan Resort Cibeureum Pemangkuan Hanjuang Barat dan Hutan Lengkong.
Read More

Jumat, 05 September 2014

Eksploitasi Liar Kars Pangkalan , Kabupaten Karawang Dihentikan

Penambangan Karst Pangkalan, Karawang
Pemprov dan Polda Jabar akhirnya menghentikan penambangan di Kars Pangkalan, Kabupaten Karawang. Sejumlah alat penambangan yang bernilai milyaran juga ikut disita. Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar yang iku meninjau mengataka 14 alat berat yang digunakan untuk menambang disita Polda Jabar bersama Polres Karawang.





Selain itu 11 penambang juga ikut diperiksa oleh Polda Jabar karena tidak mengantongi ijin dari pemerintah. Di Bumi Jawa Barat siapapun boleh berusaha asalkan mengikuti aturan yang ditetapkan ujar Deddy di Gedung Sate.

Pemprov Jabar sendiri akan menertibkan penambangan liar di lokasi tersebut sebab penambangan kawasan Kars Pangkalan semakin banyak bertambah jumlahnya. Sebenarnya penghentian ini bukan untuk melarang penambangan tetapi untuk menunggu ketetapan kawasan mana saya yang layak untuk di eksploitasi. Terlebih saat ini dari luas 1000 hektare Kars Pangkalan 300 hektar diantaranya sudah rusak.

Sementara itu Satpol PP Jabar terkesan berhati - hati dalam menertibkan bangunan liar di kawasan tersebut. Lembaga ini khawatir melanggar aturan penertiban bangunan. Kepala Satpol PP Jabar Udjwalaprana sigit mengatakan dalam penertiban bangunan liar, pihaknya mengedepankan prinsip kehati - hatian karena tak inin bertentangan dengan aturan hukum.



Sebenarnya polemik Karst Pangkalan tidak hanya kali ini saja tetapi telah terjadi bertahun lamanya . apalagi dulunya kawasan ini akan dijadikan sumber bahan baku semen Bosowa dan PT Jui Shin Indonesia. Penolakan ekslpoitasi kawasan ini berlandaskan aturan Gubernur Jawa Barat Nomor 20 Tahun 2006

Menurut Budi  Bramantyo, pakar Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) dan pengajar di Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) Institut Teknologi Bandung (ITB) kawasan karst di jabar perlu dilindungi karena memiliki sejarah geologi dan keunikan tersendiri.

Uniknya Karst Pangkalan

Secara geologis, Karst Pangkalan merupakan bentang alam yang terbentuk pada formasi batu gamping berumur Miosen Tengah-Akhir, kira-kira 10 - 15 juta tahun yang lalu yang dinamakan Formasi Parigi. Batuannya berupa batu gamping terumbu. Hal itu menunjukkan bahwa pada kala itu, daerah pangkalan merupakan laut dangkal yang ditumbuhi terumbu karang yang tumbuh subur pada kondisi iklim hangat dengan air laut yang jernih. Saat terangkat sekarang ini, terumbu itu telah berubah menjadi wilayah perbukitan dengan ketinggian 50 - 120 m di atas permukaan laut sekarang. 
Karst Pangkalan, sebagaimana Kawasan Karst Kelas I lainnya, mempunyai nilai-nilai sos-ek-dik-bud yang tidak dapat dipisah sendiri-sendiri. Kawasan ini yang tersebar luas di Desa Tamansari diketahui mempunyai banyak gua yang belum banyak diteliti. Gua-gua yang merupakan gua vertikal dan berupa lubang di permukaan tanah umumnya merupakan ladang panen sarang walet yang potensial untuk peningkatan ekonomi masyarakat setempat.

Sedikitnya terdapat 17 gua dengan potensi sarang walet, yaitu Luweng Pangambuh, Cibunut, Cimiring, Sempit, Keman, Cisumur, Sitela, Gede, Sipeleng, Cileuwi, Haji, Situmeja, Silonong, Cibenda, Ja`in, Cikandil, dan Cimandor. Ada empat gua sebagai sarang lalay, yaitu di Luweng Bahu, Sikondang, Gua Lumpang, dan Masigit. Ada empat gua tempat masukan air dan sungai bawah tanah, yaitu di Luweng Gede, Cibadak, Baucinyusup, dan Sitamyang. Sebuah gua dikeramatkan oleh penduduk setempat yaitu di gua berbentuk ceruk Song Paseban.

Selain itu, kawasan karst ini mempunyai sedikitnya dua mata air potensial. Pertama adalah Ciburial yang mempunyai debit air lebih dari 5 liter/detik. Mata air ini dikelola oleh PDAM untuk didistribusikan di Kecamatan Pangkalan yang meliputi tiga desa besar, yaitu Ciptasari, Tamansari, dan Jatilaksana. Mata air lain sekalipun tidak sebesar Ciburial, banyak dijumpai di kaki-kaki perbukitan karst, misalnya Citaman, yang menjadi pemasok air bersih utama bagi kampung-kampung di sekitarnya.

Sumber:


Penambangan Karst Dihentikan, hal 8 , Jumat 5 September 2014
Read More

Selasa, 02 September 2014

Fosil Homo Sapiens di Gua Harimau, Leluhur Masyarakat Sumatera ?


Gua Harimau di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) , Sumatera Selatan (Sumber)

Beberapa saat sebelum menemukan fosil pithecanthopus erectus thn 1891 di trinil , Ngawi jawa timur Eugene Dubois dokter belanda sempat menelusuri jejak manusia purba di Payakumbuh ,Sumatera. Walaupun tidak berhasil ditemukan karena hanya menemukan fosil fosil hewan.

Kekosongan jejak manusia di sumatera akhirnya terjawab ketika warga desa padang bindu , semidang aji, Ogan Komering Hulu, sumatera selatan menemukan kerangka manusia di goa harimau thn 2008. Setahun kemudian Pusat Arkeologi Nasional mengekskavasi goa tersebut dan menemukan kuburan massal Homo Sapiens.


Hingga ekskavasi ke 7 mei 2014 tim penelitian goa harimau telah mengekskavasi 78 individu homo sapiens. Selain itu ditemukan aneka peralatan seperti batu obsidian, alat tumbuk, dan logam. Goa harimau terletak di kawasan kars pegunungan bukit barisan, sumatera selatan. Dari sisi geologis tempat ini sangat cocok karena dekat sumber air, makanan, dan berada di lokasi tinggi sehingga bagus untuk pertahanan.

Akhir Mei 2014 tim peneliti mengandeng lembaga Biologi Molekuler Eijkman untuk meeliti DNA tulang homo sapiens goa harimau. Deputi Direktur Lembaga Biologi Molekuler Herawati Sudoyo bersama 2 orang stafnya mengambil langsung sampel tulang gigi dan tulang kering homo sapiens. Sampel diambil dari dua tulang itu karena kondisinya paling baik tulang gigi terlindungi email, sedangkan tulang kering yang panjang dan kompak lebih keras sehingga kondisi bagian dalam tulang tersebut masih bagus. Sampel dna kemudian diteliti urutannya dan dilihat motifnya apakah kerangka tersebut bersal dari umur pleistosen. Kalau belum menemukan hasil, sampel ini akan dikirim ke University of Caliornia Santa Cruz. 

Menurut Herawati dna homo sapiens ini akan dicocokkan dengan dna masyarakat sekitar. Pada ekskavasi ke 6 pusat aplikasi teknologi isotop dan radiasi BATAN berhasil mengidentifikasi lapisan tanah berumur 14825 tahun di kedalaman 2 m yang menjadi lokasi tulang belulang ditemukan.
Read More