Geologi Indonesia merupakan salah satu ilmu yang mempelajari keadaan geologi setiap bagian dari pulau Indonesia. Salah satu keadaan geologi yang dipelajari adalah pulau Papua (Irian Jaya).
Wilayah Indonesia yang membentang dari 85°-141°BT dan 6 LU°- 11°LS dan terletak diantara dua benua yaitu Asia di sebelah Utara dan Australia di Selatan, merupakan salah satu wilayah yang mempunyai tatanan geologi dan pola tektonik yang kompleks dimuka Bumi ini. Dengan pola tektonik yang terdiri dari busur-busur kepulauan, serta sebagian besar diantaranya didominasi oleh lautan, dengan kedalaman rata-rata berkisar antara 200 meter di bagian Barat dan membentuk suatu paparan yang luas, kemudian lainnya dengan kedalaman 4 hingga 7000 meter yang terletak di Indonesia Bagian Timur, yang umumnya berbentuk palung-palung, maka wilayah Indosesia dapat dikategorikan sebagai laboratorium alam yang lengkap dimuka Bumi.
Papua merupakan salah satu pulau terbesar yang termasuk kedalam kepulauan Indonesia Bagian Timur. Papua memiliki keadaan atau struktur geologi yang sangat kompleks termasuk Irian Jaya didalamnya. Konfigurasi Tektonik Pulau Papua pada saat ini berada pada bagian tepi utara Lempeng Australia, yang berkembang akibat adanya pertemuan antara Lempeng Australia yang bergerak ke utara dengan Lempeng Pasifik yang bergerak ke barat.
Fisiografi Pulau Papua
Peta Fisiografi Pulau Papua |
Fisiografi Papua secara umum dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu bagian Kepala Burung, Leher dan Badan. Bagian utara Kepala Burung merupakan pegunungan dengan relief kasar, terjal sampai sangat terjal. Batuan yang tersusun berupa batuan produk vulkanisme, batuan ubahan, dan batuan intrusif asam sampai intermedier. Morfologi ini berangsur berubah ke arah baratdaya berupa dataran rendah aluvial, rawa dan plateaubatugamping.
Bagian Badan didominasi oleh pegunungan tengah, dataran pegunungan tinggi dengan lereng di utara dan di selatan berupa dataran dan rawa pada permukaan dekat laut. Dataran di utara terdiri dari cekungan luar antar bukit dikenal sebagai dataran danau yang dibatasi di bagian utaranya oleh medan kasar dengan relief rendah sampai sedang.
Pulau New Guinea (Papua) telah diakui sebagai hasil subduksi antara Lempeng Australia dengan Lempeng Pasifik. Menurut Pigram dan Davies (1987), proses konvergen dan deformasi kedua lempeng ini dimulai sejak Eosendan terus beralangsung hingga sekarang.
Berdasarkan proses tersebut kondisi geologi dan fisiografi Pulau New Guinea dapat dibagi ke dalam 3 provinsi tektonik yaitu :
1. Dataran Bagian Selatan (Sauthern Plains)
2. New Guinea Mobile Belt (NGMB)
3. Bagian Tepi Lempeng Pasifik (Sabuk Ophiolite Papua )
Kenampakan fisiografi dari Papua ini merupakan ekspresi dari keadaan geologi dan tektonik yang pernah terjadi di tempat tersebut.Lempeng Australia yang berada di bawah laut Arafura dan meluas ke arah utara merupakan dasar bagian selatan dari Pegunungan Tengah Papua, batuan dasarnya tersusun oleh batuan sedimen paparan berumur Paleozoik sampai Kuarter Tengah (Visser dan Hermes, 1962; Dow dan Sukamto, 1984)
Provinsi Tektonik Dataran selatan terdiri dari dataran dan rawa-rawa didasari oleh batuan sedimen klastis yang mempunyai ketebalan lebih dari 2 km berumur Eosen sampai MiosenTengah ditutupi oleh batugamping berumur Pliosen-Plistosen (Dow dan Sukamto, 1984). Lebar dataran ini membentang sepanjang 300 km.
Masuk lebih ke dalam lagi dijumpai adanya formasi-formasi batuan yang terlipat kuat dan mengalami persesaran intensif yang dikenal dengan sebutan New Gunea MobileBelt (Dow, 1977). Kerak Kontinen Lempeng Australia yang ditutupi oleh sedimen paparan yang berada pada bagian ini telah mengalami pengangkatan dan terdeformasi selebar 100 km.
Sejarah Geologi Pulau Papua
Geologi Papua merupakan manifestasi dari suatu periode endapan sedimentasi dengan masa yang panjang, yang berada pada tepi Utara Kraton Benua Australia yang pasif. Proses sedimentasi tersebut berawal pada Zaman Karbon sampai Tersier Ahir. Lingkungan pengendapannya yang berfluktuasi dari lingkungan air tawar, laut dangkal, hingga sampai laut dalam. Proses sedimentasi ini menghasilkan endapan batuan klastik kuarsa, lapisan batuan merah karbonatan, dan berbagai batuan karbonat yang ditutupi oleh kelompok Batugamping new Guinea yang berumur Miosen. Tebal keseluruhan endapan ini mencapai kurang lebih 12.000 meter.
Kala Oligosen
Pada umur oligosen terjadi aktivitas tektonik besar pertama di Papua, yang muncul akibat tumbukan antara Lempeng Australia dengan Lempeng Pasifik. Hal ini menyebabkan deformasi dan metamorfosa fasies sekis hijau berbutir halus, turbidit karbonan pada sisi benua membentuk jalur metamorf Rouffae yang dikenal sebagai "Metamorf Dorewo" . Akibat lebih lanjut tektonik ini adalah terjadinya sekresi (penciutan) Lempeng Pasifik ke atas jalur malihan dan membentuk Jalur Ofiolit Papua.
Kala Miosen
Pada kala Miosen terjadi peristiwa tektoni yang kedua melibatkan Orogenesa Melanesia yang berawal dipertengahan Miosen yang diakibatkan adanya tumbukan Kraton Benua Australia dengan Lempeng Pasifik. Hal ini mengakibatkan deformasi dan pengangkatan kuat batuan sedimen Karbon-Miosen (CT), dan membentuk Jalur Aktif Papua. Kelompok Batugamping New Guinea kini terletak pada Pegunungan Tengah. Jalur ini dicirikan oleh sistem yang kompleks dengan kemiringan ke utara, sesar naik yang mengarah ke Selatan, lipatan kuat atau rebah dengan kemiringan sayap ke arah selatan. Orogenesa Melanesia ini diperkirakan mencapai puncaknya pada Pliosen Tengah.
Kala Miosen - Plistosen
Dari pertengahan umur Miosen sampai Plistosen cekungan molase berkembang baik ke utara maupun selatan. Erosi yang kuat dalam pembentukan pegunungan menghasilkan detritus yang diendapkan di cekungan - cekungan sehingga mencapai ketebalan 3.000 - 12.000 meter. Pemetaan regional yang dilakukan oleh PT Freeport , menemukan paling tidak pernah terjadi tiga fase magmatisme di daerah Pegunungan Tengah. Secara umum, umur magmatisme diperkirakan berkurang ke arah selatan dan utara dengan pola yang dikenali oleh davies (1990) di Paua Nugini. Fase magmatisme tertua terdiri dari terobosan gabro dampai diorit, diperkirakan berumur Oligosen dan terdapat pada lingkungan Metamorfik darewo. Fase Kedua megmatisme berupa diorit berkomposisi alkalin terlokalisir dalam kelimpok Kembengan pad sisi Seltan Patahan Orogenesa Melanesia Darewo yang berumur Miosen Akhir sampai Miosen Awal. Magmatisme termuda dan terpenting berupa intrusi diorit sampai mozonit yang dikontrol oleh suatu patahan yang aktif mulai Pliosen Tengah hingga kini. Batuan intrusi ini menerobos hingga mencapai kelompok Batugamping New Guinea, dimana endapan porfiri Cu-Au dapat terbentuk seperti di Tambang Tembagapura dan OK Tedi di Papua Nugini. Tumbukan Kraton Australia dengan Lempeng Pasifik yang terus berlangsung hingga sekarang menyebabkan deformasi batuan dalam cekungan Molase tersebut.
Referensi
Sapiie, Benyamin. 2000. An Outline Of The Geology Of Indonesia (Irian Jaya). Ikatan Ahli Geologi Indonesia – IAGI
Sejarah Geologi Pulau Papua
Geologi Papua merupakan manifestasi dari suatu periode endapan sedimentasi dengan masa yang panjang, yang berada pada tepi Utara Kraton Benua Australia yang pasif. Proses sedimentasi tersebut berawal pada Zaman Karbon sampai Tersier Ahir. Lingkungan pengendapannya yang berfluktuasi dari lingkungan air tawar, laut dangkal, hingga sampai laut dalam. Proses sedimentasi ini menghasilkan endapan batuan klastik kuarsa, lapisan batuan merah karbonatan, dan berbagai batuan karbonat yang ditutupi oleh kelompok Batugamping new Guinea yang berumur Miosen. Tebal keseluruhan endapan ini mencapai kurang lebih 12.000 meter.
Kala Oligosen
Tektonik Pulau Papua pada umur Oligosen |
Kala Miosen
Tektonik Pulau Papua pada umur Miosen |
Pada kala Miosen terjadi peristiwa tektoni yang kedua melibatkan Orogenesa Melanesia yang berawal dipertengahan Miosen yang diakibatkan adanya tumbukan Kraton Benua Australia dengan Lempeng Pasifik. Hal ini mengakibatkan deformasi dan pengangkatan kuat batuan sedimen Karbon-Miosen (CT), dan membentuk Jalur Aktif Papua. Kelompok Batugamping New Guinea kini terletak pada Pegunungan Tengah. Jalur ini dicirikan oleh sistem yang kompleks dengan kemiringan ke utara, sesar naik yang mengarah ke Selatan, lipatan kuat atau rebah dengan kemiringan sayap ke arah selatan. Orogenesa Melanesia ini diperkirakan mencapai puncaknya pada Pliosen Tengah.
Kala Miosen - Plistosen
Tektonik Pulau Papua pada umurMiosen - Plistosen |
Dari pertengahan umur Miosen sampai Plistosen cekungan molase berkembang baik ke utara maupun selatan. Erosi yang kuat dalam pembentukan pegunungan menghasilkan detritus yang diendapkan di cekungan - cekungan sehingga mencapai ketebalan 3.000 - 12.000 meter. Pemetaan regional yang dilakukan oleh PT Freeport , menemukan paling tidak pernah terjadi tiga fase magmatisme di daerah Pegunungan Tengah. Secara umum, umur magmatisme diperkirakan berkurang ke arah selatan dan utara dengan pola yang dikenali oleh davies (1990) di Paua Nugini. Fase magmatisme tertua terdiri dari terobosan gabro dampai diorit, diperkirakan berumur Oligosen dan terdapat pada lingkungan Metamorfik darewo. Fase Kedua megmatisme berupa diorit berkomposisi alkalin terlokalisir dalam kelimpok Kembengan pad sisi Seltan Patahan Orogenesa Melanesia Darewo yang berumur Miosen Akhir sampai Miosen Awal. Magmatisme termuda dan terpenting berupa intrusi diorit sampai mozonit yang dikontrol oleh suatu patahan yang aktif mulai Pliosen Tengah hingga kini. Batuan intrusi ini menerobos hingga mencapai kelompok Batugamping New Guinea, dimana endapan porfiri Cu-Au dapat terbentuk seperti di Tambang Tembagapura dan OK Tedi di Papua Nugini. Tumbukan Kraton Australia dengan Lempeng Pasifik yang terus berlangsung hingga sekarang menyebabkan deformasi batuan dalam cekungan Molase tersebut.
Batuan terobosan di Tembagapura berumur 3 juta tahun (McMahon, 1990, data tidak dipublikasikan), sedangkan batuan terbosan OK Tedi berumur Pliosen akhir pada kisaran 2,6 sampai 1,1 juta tahun. Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Nabire Bhakti Mining terhadap 5 contoh batuan intrusi di Distrik Komopa menghasilkan umur antara 2,9 juta tahun sampai 3,9 juta tahun. Selama Pliosen (7-1 juta tahun yang lalu) Jalur lipatan papua dipengaruhi oleh tipe magma I, suatu tipe magma yang kaya akan komposisi potasium kalk alkali yang menjadi sumber mineralisasi Cu-Au yang bernilai ekonomi di Ersberg dan Ok Tedi. Selama pliosen (3,5-2,5 JTL) intrusi pada zona tektonik dispersi di kepala burung terjadi pada bagian pemekaran sepanjang batas graben. Batas graben ini terbentuk sebagai respon dari peningkatan beban tektonik di bagian tepi utara lempeng Australia yang diakibatkan oleh adanya pelenturan dan pengangkatan dari bagian depan cekungan sedimen yang menutupi landasan dari Blok Kemum. Menurut Smith (1990), Sebagai akibat benturan lempeng Australia dan Pasifik adalah terjadinya penerobosan batuan beku dengan komposisi sedang kedalam batuan sedimen diatasnya yang sebelumnya telah mengalami patahan dan perlipatan. Hasil penerobosan itu selanjutnya mengubah batuan sedimen dan mineralisasi dengan tembaga yang berasosiasi dengan emas dan perak. Tempat-tempat konsentrasi cebakan logam yang berkadar tinggi diperkiraakan terdapat pada lajur Pegunungan Tengah Papua mulai dari komplek Tembagapura (Erstberg, Grasberg , DOM, Mata Kucing, dll), Setakwa, Mamoa, Wabu, Komopa, Dawagu, Mogo-Mogo, Obano, Katehawa, Haiura, Kemabu, Magoda, Degedai, Gokodimi, Selatan Dabera, Tiom, Soba-Tagma, Kupai, Etna Paririm Ilaga. Sementara di daerah Kepala Burung terdapat di Aisijur dan Kali Sute. Sementara itu dengan adanya busur kepulauan Gunungapi (Awewa Volkanik Group) yang terdiri dari Waigeo Island (F.Rumai) Batanta Islamd (F.Batanta), Utara Kepala Burung (Mandi & Arfak Volc), Yapen Island (Yapen Volc), Wayland Overhrust (Topo Volc), Memungkinkan terdapatnya logam, emas dalam bentuk nugget.
Sapiie, Benyamin. 2000. An Outline Of The Geology Of Indonesia (Irian Jaya). Ikatan Ahli Geologi Indonesia – IAGI
EmoticonEmoticon