Senin, 25 Agustus 2014

Gencarnya Investasi Pabrik Semen di Indonesia (Konflik Sumber Daya - 2)

Ilustrasi Penambangan Karst di Aceh

Di tengah pertumbuhan ekonomi negara indonesia yang mencapai 6% pertahun, kebutuhan akan bahan baku bangunan terutama semen semakin meningkat. Diperkirakan dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5-6% pertahun, kebutuhan akan semen diperkirakan meningkat sebesar 10 - 12 % pertahun. Hal ini mengakibatkan banyak pengusaha melirik indonesia sebagai salah satu tujuan investasi pabrik semen.

Hal ini diakibatkan karena pembangunan infrastuktur di indonesia semakin berkembang. Berbagai proyek seperti Jalan Tol Trans Jawa, Bandara , Pelabuhan, pembangkit listrik dan pembangunan smelter mineral menjadi prioritas utama pemerintah melalui program MP3EI (Masterplan Percepatan, Perluasan dan Pembangunan Ekonomi Indonesia). 


Berbagai perusahaan mencoba mencukupi kebutuhan bahan baku tersebut dengan mendirikan pabrik pengolahan semen. Perusahaan ini bukan hanya dalam negeri melainkan juga dari luar negeri. Perusahaan terbesar China Anhui Conch Cement bahkan merencanakan akan mulai beroperasi pada tahun 2015. Selain Anhui terdapat beberapa perusahaan asing lainnya yang tertarik menginvestasikan modalnya di indonesia antara lain China Trio Int engineering co Ltd  yang membangun parik di Tanjung , Kalsel. SDIC China yang membangun pabrik 1 juta ton di Papua. Siam Cement (Thailand) membeli pabrik semen Boral (Jaya Readymix) berkapasitas 1,8 juta ton di Sukabumi. Wilmar (Semen Merah Putih) yang membangun pabrik semen berkapasitas 1,2 juta ton / tahun di Bayah , Banten. PT Jui Shin Indonesia yang berkapasitas 2,5 juta ton di karawang dan Semen Grobogan / Gajah Tunggal (China Triumph Int Co. Ltd.) yang membangun pabrik dengan kapasitas 1.5 juta ton/tahun di Grobogan , Jawa Tengah. 


Hal ini menarik karena sebagian besar merupakan perusahaan asal China. Padahal  China sendiri merupakan negara dengan produksi dan konsumsi terbesar di dunia dengan produksi sebesar 2.21 milyar ton paa tahun 2012 atau sekitar 56% produksi dunia. Menurut penelitian Yu Lei dkk. (MIT press, 2014) industri semen merupakan salah satu penyumbang terbesar polusi udara di China. Saat ini China memiliki kualitas udara terburuk akibat dari pencemaran udara yang salah satunya berasal dari industri semen. Menurut Yu Lei  (2014) polusi yang dikeluarkan oleh industri semen antara lain berupa Sulfur Dioksida (SO2) , Nitrogen Oksida (NOx), Karbon Monoksida (CO, dan debu. Sumbangan polusi paling besar berupa CO2 dan debu yang memiliki kandungan berupa logam berat seperti Cromium (Cr), Nikel (Ni), Timbal (Pb), dan Merkuri (Hg). 


Pencemaran udara yang  terlalu tinggi membuat pemerintah China untuk memperketat aturan tentang produksi semen mulai akhir 2013 dan merencanakan mengurangi produksi semen itu hingga 37 juta ton pada tahun 2015 (Reuters, 27 Desember 2013). Musim investasi semen di China kemungkinan akan berubah akibat kebijakan tersebut dan akan pindah ke Indonesia. Menurut peneliti School of Democratic Economics Hendro Sangkoyo perubahan ini dapat dilihat berupa pengalihan ekonomi. Dengan  membuang ekonomi yang kotor ke luar negeri salah satunya Indonesia. sedangkan negara China memilih untuk mengkonservasi bentang alam kars karena adanya kepentingan perdagangan karbon.

Menurut Rektor Undip Semarang Prof. Sudharto P Hadi dalam kasus Semen Rembang , beliau mendukung pendapat Ketua Badan Geologi Surono. Kalau berada di Zona Cekungan Air Tanah (CAT) jelas tidak boleh ditambang ujar Doktor Ilmu Lingkungan ini. Pendapat ini juga diamini oleh Geolog dari UPN Veteran Jogyakarta , Eko Teguh yang mendukung Badan Geologi. Badan Geologi bukan hanya alat Industri , melainkan alat negara untuk mensejahterakan rakyat dan karena itu harus berpijak kepada pembangunan berkelanjutan. Eko juga mengakatakan bahwa eksploitasi karst yang baik harus mengelola air tanahnya. Karst yang terbentuk jutaan tahun dari batuan karang lautan yang terangkat tidak tumbuh lagi. Berbeda dengan reservoir air tanah yang berasal dari tubuh gunung api yang mengeluarkan material vulkanik.

Menurut Sudharto daya dukung lingkungan mestinya jadi dasar bagi industri semen. Kajian Lingkunga Hidup Strategis harus dilakukan dengan mengintegrasikan aspek lingkungan sejak tahapan awal perencanaan. Khusus untuk Pulau Jawa sudharto mengatakan penambangan karst di pulau Jawa harus dikaji lebih serius karena daya dukung ekologi jaya yang menyusut, kepadatan penduduk yang sangat tinggi sehingga memicu konflik sosial. Dampak lingkungan berkaitan dengan dampak sosial. Ketika sawah tempat bergantung hidup hilang, lalu mata pencarian tergangg pasti ada masalah. Padahal sebagian besar perusahaan semen mengincar Kawasan Karst Di jawa sebagai bahan baku. Karena kedekatannya dengan pasar Jawa menjadi prioritas pembangunan pabrik semen hal ini diakibatkan karena transportasi menjadi biaya paling besar dalam produksi semen yang mencapai 20%. 


Hal ini diamini Hendro yang mengatakan bahwa produksi semen lebih di utamakan untuk memenuhi pasar real estate kota dibandingkan sebagai kebutuhan infrastruktur dasar. Bahkan industri semen mulai menyasar kepada pangsa ekspor. Jika konsisten dengan pembangunan yang adil seharusnya pabrik semen didirikan di tanah Papua, yang harga 1 zak mencapai 1 juta rupiah dibandingkan di Pulau Jawa.

Lalu masih berlanjutkah , Penambangan Karst Di Pulau Jawa ? 


Kawasan Karst Citatah , Cianjur , Jawa Barat


Diolah dari Harian Kompas Edisi 20 Agustus 2014 hal 14 Rubrik Iptek dan Lingkungan Hidup


EmoticonEmoticon